1. Teungku (juga disingkat Tgk.) secara umum merupakan gelar sapaan bagi laki-laki dewasa di Aceh. Setiap laki-laki dewasa dari suku Aceh dapat disapa dengan sapaan teungku, seperti ditegaskan dalam hadih maja Aceh teungku, Meulayu abang, China toke, kaphe tuan. Pepatah-pepatah tersebut dalam Bahasa Indonesia dapat ditafsirkan bahwa orang Aceh bergelar teungku, orang Melayu bergelar abang, orang China bergelar toke, dan orang Eropa bergelar tuan. Sekarang sebutan Tengku lebih dikenal sebagai sebutan untuk Kyai atau Guru Ngaji. (wikipedia.org)
2. Teungku adalah ”ibu” warga gampongnya. Teungku adalah gelar yang diberikan umumnya di Aceh kepada orang yang mengemban jabatan yang berkaitan agama atau yang berbeda dari penduduk awam umumnya kerana lebih sempurna pengetahuan agamanya atau pun lebih khusyuk menunaikan ibadah. Sebagai teungku meunasah selayaknya bagi ”ibu gampong” itu menjadi kewajiban menjamin agar ”gedung meunasah” (wilayah kekua-saanya) itu sesuai keadaannya dengan tujuan keagamaannya. Namun hal ini jarang terjadi, dan dalam keadaan langka terjadinya itu; ini lebih banyak diaki-batkan oleh salehnya bapak keuchik daripada ketekunan kerja si ibu teungku itu. Dalam pemerinthan gampong di Aceh teungku tugasnya mengurusi urusan keagamaan warga gampong. Sedangkan sumber penghasilan teungku dari Pitrah (fitrah), zakeuet (zakat), Imbalan uang untuk pengurusan pernikahan, ha’ teuleukin (uang talkin), persengketaan warga gampongnya. (acehinstitute.org)
3. Teungku adalah gelar ulama di Aceh, menentang Belanda karena alasan keagamaan. (e-dukasi.net)
4. Teungku adalah gelar yang diberikan (masyarakat) atas keberhasilannya melewati bentuk pendidikan khas disana. Tradisi ini ada kemiripan apa yang disebut sebagai Ayatullah di Iran. Seorang yang akan meraih gelar harus melewati berbagai pendidikan, dan tiap tingkatan mendapatkan gelar tersendiri sebelum sampai pada maqam Teungku. (geocities.com)
Kalo menurut aku sendiri teungku adalah seseorang yang sudah cukup ilmu agamanya, dengan demikian dia dapat menjadi pemimpin dan panunat masyarakat, maka jangan heran apabila pemimpin aceh yang sudah berhasil mendapatkan pendukung fanatik pada jamannya bergelar teungku, sebut saja Teungku chik ditiro dan Teungku daud beureueh yang mempunyai kedudukan yang tinggi pada zamannya masing-masing, ini tidak lain karena kemampuannya dalam segi agama tidak diragukan lagi.
Karena dalam segi agama aceh tidak perlu diragukan lagi ke-fanatik-an agamanya, bila islam di hina, jangankan ramai, satu anak aceh aja berani untuk melawan beribu penghina tersebut, kenapa? karena islam sudah tertanam jauh di lubuk hatinya... dan itu seakan tidak akan pernah terlepas dari jiwa sanubarinya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar